Wednesday 25 March 2015

Demi ikut giveaway dari Mbak Aditia Yudis, saya buka lagi blog yang sudah lama menganggur ini.. :p
Selain covernya yang menggoda, saya juga penasaran dengan Time After Time yang ditulis Mbak Aditia Yudis dan diterbitkan Gagas Media ini.
Dan inilah hasil tulis saya.

----------
 
KETIKA BERJUMPA LAGI WALAUPUN HANYA SESAAT
 
Kisah ini bermula ketika jiwa seorang ibu meninggalkan tubuhnya dan seorang gadis berharap berjumpa kembali dengan ibunya demi mengucapkan selamat tinggal yang tak tersampaikan. Sesosok peri melihatnya dan mengulurkan bantuan terindah yang dapat diingat si anak sepanjang sisa hidupnya.
 
Sehari setelah pemakaman ibunya, Tia bermimpi, sekiranya begitu. Dirinya memegang peninggalan ibu, berupa kompas hijau. Kompas itu berpendar keemasan, menyilaukan mata. Ketika membuka mata, bentangan alam liar memenuhi pandangan.
“Di mana ini?” ujar Tia ketakutan. Dia berjalan semampunya, melintasi pepohonan. Semakin lama, dataran semakin tinggi. Entah kenapa dia terus berjalan, seolah-olah tujuannya sudah betul.
Ketika langit tidak lagi menerangi jalan, Tia memutuskan beristirahat. Dia meringkuk di samping sebatang pohon yang tak dikenal itu.
“Di mana aku?” tanya Tia lagi. “Oh, aku benci jalan yang mendaki ini. Aku tak punya bakat seorang pendaki seperti Mama.”
Ibu Tia seorang pendaki. Berbagai gunung sudah ditakhlukannya. Tia menganggap sosok ibunya sebagai pahlawan dunia pendakian yang memang terlalu melelahkan untuk perempuan.
Sesekali dia mendengar raungan di kejauhan, mengira sosok pemangsa yang siap-siap menerkamnya. Dia waspada sepanjang malam. Menjelang subuh, matanya tidak lagi setia memantau, dirinya terlelap dalam tidur tanpa mimpi hingga siang.
Tia terbangun dengan entakan tiba-tiba. Rasanya lapar tiba-tiba menyergapnya. Mengingatkan Tia belum makan sejak terdampar di tempat asing ini. Ketakutan menyelubungi Tia, membuatnya lupa akan haus dan lapar kemarin. Sekarang, Tia tahu, dia harus mencari makan atau setidaknya minum kalau ingin keluar dari sini hidup-hidup.
Tia berjalan semakin tidak karuan. Kadang-kadang dia terjatuh hanya untuk kembali berjalan. Matahari bersinar semakin terang di atas kepala. Sisa-sisa air dalam tubuh tia seolah-olah menguap.
Tidak berapa lama kemudian, Tia melihat puncak pegunungan. Entah keberuntungan atau apa, Tia mendaki hingga puncak tanpa peralatan apa pun. Hal ajaib tidak pernah perlu alasan. Tia melongokan kepalanya, merasakan sensasi panas terbakar dari dalam kawah. Asap tebal membumbung tinggi. Tia merasakan pusing yang luar biasa. 
Sesaat kemudian dia kehilangan keseimbangan. Dia terpeleset ke dalam kawah. Ketika dia kira tamat sudah riwayatnya, sebuah tangan terulur, menggengamnya erat. Kehangatan itu mengingatkan Tia pada tangan lembut ibunya.
 
Beberapa jam kemudian Tia tersadar. Samar-samar dia mendengar beberapa orang yang bicara bersamaan.
“Aku bilang kita bawa dia turun,” ujar suara yang berat.
“Tidak apa-apa, Yuni tau kondisi anak itu, percayalah padanya,” balas suara leki-laki yang lebih lembut.
Yuni.. Di mana Tia pernah mendengar nama itu? Tia perlahan-lahan membuka matanya.
“Nak, kamu sudah bangun?” tanya suara seorang perempuan.
Wajah itu menampakkan raut cemas, tapi tetap saja tidak mennutupi kecantikannya.
“Aku tahu kamu baik-baik saja,” kata suara itu lagi.
“Anak ajaib!” seru suara lain. Beberapa suara ikut berseru betapa kaget dan senangnya mereka.
“Dia mendaki tanpa peralatan!”
“Dia bahkan tidak apa-apa, padahal kondisinya tampak dehidrasi!”
 
Bumi seolah lagi tidak berputar. Tia hanya bisa fokus kepada sosok perempuan di depannya.
“Mama!” seru Tia yang spontan memeluk perempuan itu.
Perempuan itu kaget bukan main. Orang-orang di sekeliling ikut melongo. 
“Mama! Tia mau bilang selamat tinggal, Mama! Tia sayang Mama! Maafkan Tia yang tidak ada di samping Mama saat Mama pergi!” Tia meraung sejadi-jadinya. Sebuah kompas terjatuh dari saku Tia akibat dia berdiri tiba-tiba.
“Hei, itu kompas Yuni yang hilang itu!”
“Nak, aku bukan Mamamu,” ujar perempuan itu. “Aku saja belum menikah. Mungkin halusinasimu melihat Mama.”
Perempuan itu memungut kompas yang jatuh itu.
“Tapi terima kasih ya, kamu sudah menemukan kompasku,” ujarnya sam bil tersenyum. Senyuman itu perlahan lenyap. Menyisakan kabut di pandangan Tia.
“Tidak! Tidak! Mama!”
 
Tia terbangun dengan entakan yang tiba-tiba, sama seperti mimpinya. Dia mulai menangis, mengingat perjumpaan singkat dengan ibunya yang masih muda. Kompas hijau itu masih ada di tangannya. Tia memegangnya sebelum tidur. Kini kompas itu berpendar keemasan disertai serbuk-serbuk yang bagaikan serbuk peri di dalam dongeng.

Sunday 4 March 2012

Apakah Aku Melihat UFO?


Beberapa tahun yang lalu, kami sekeluarga pergi ke tempat wisata Ocarina, Batam. Aku sendiri lupa dalam acara apa kami ke situ. Pastinya, saat itu adalah  malam hari dan suasana sedang ramai pengunjung. Di situ kami menikmati indahnya malam bersama walaupun hanya sebentar. Ocarina penuh dengan pengunjung dan hampir tidak ada detik-detik kesunyian sejak kami menginjakkan kaki di sana.

Iseng-iseng untuk mengabadikan momen ini, aku mengambil hape Nokia tipe N95 8GB dan mulai mencari objek untuk fotoku. Beberapa adalah foto aku dan keponakanku. Aku juga sengaja memotret giant wheel di situ.

Setelah berbulan-bulan kemudian, aku ingin memindahkan foto-foto yang kupotret ketika di Ocarina ke hape yang lain. Tapi hal aneh kudapati ketika melihat salah satu hasil potretku menangkap objek aneh yang seharusnya tidak ada.

Berikut foto yang berhasil menangkap objek aneh tersebut: 



Sadarkah kamu dengan hadirnya ‘titik terang’ yang ada di ujung atas giant wheel?

Jika dibandingkan dengan foto-foto lain, foto ini adalah satu-satunya yang berhasil menangkap ‘titik terang’ itu. Entah apakah objek itu adalah sesuatu yang menempel di hapeku ketika sedang memotret atau itu adalah bulan?

Untuk lebih jelasnya, kuperbesar ‘titik terang’ itu:



Awalnya aku hanya merasa aneh pada objek yang tanpa sengaja terpotret. Tapi semuanya menjadi semakin terasa misteri setelah kubaca buku karya Irving A. Greenfield yang berjudul The UFO Report (New York: A Lancer Book, 1967).

Berikut kutipan dari buku yang ditulisnya:

…  berjudul “The Saucer that Terrorized a Town”. Artikel tersebut mengulas tentang penampakan UFO yang terlihat pada 11 Januari 1966 di kota Wanaque, New Jersey. Gambaran tentang UFO yang dibuat oleh sejumlah orang adalah sebagai berikut: “Objek itu mirip dengan sebuah bulan kecil. Dia mengeluarkan cahaya kemerahan.” Seorang saksi mata lain mengatakan, “Itu adalah sebuah bola cahaya yang besar. Warnanya kemerahan di bagian dalam dan kebiruan di bagian luar.” Gambaran lain tentang UFO tersebut: “Warnanya jingga-biru seperti lampu sorot alkuna. Apa pun itu, dia pasti di sana. Dan sepertinya dia memiliki beberapa jendela berbentuk bulat.”   …

Sejauh itulah yang kuketahui tentang ‘titik terang’ itu. Kemungkinan itu adalah UFO cukup menarik. Aku sendiri juga tertarik untuk menelitinya lebih lanjut. Satu harapanku untuk objek itu: kebenarannya akan terungkap suatu saat nanti.